(Masih) Awal Januari 2017
Perlahan, aku dan Rio berjalan ke arah yang semakin baik. Dan aku bersyukur akan itu. Walaupun, semester baru belum dimulai yang tandanya aku belum bisa membuktikan ucapannya. Ya, kita lihat nanti saja. Rutinitasku agak sedikit berbeda dari Rio, malah cenderung lebih sibuk darinya. Aku tetap bekerja, sembari mempersiapkan materi sidang. Skripsiku? Tentu saja sudah selesai karena sudah siap diujikan. Hey! Aku sendiri tidak percaya bahwa skripsiku berhasil lolos dan siap diujikan. Terakhir, aku sudah se-pasrah itu karena-kalian-tahu-sendiri-banyak-yang-menimpaku-akhir-akhir-ini. Niatku untuk lulus lebih awal sudah tidak lagi kugubris, aku hanya ingin hidup tenang dan merdeka. Namun Tuhan masih menyayangiku dan memberiku kekuatan ekstra. Klub futsal di kampus belum memulai latihan mereka, oleh sebab itu Rio benar-benar menganggur. Rutinitasnya setiap hari hanya tidur, main football manager, menjemputku, bilang kangen, itu-itu saja. Sebenarnya, ia bisa saja menyibukkan diri dengan turut serta mengurus kegiatan di jurusannya. Apalah itu namanya. Ya walaupun aku sudah pasti tidak akan suka. Boleh kan aku bersikap sedikit posesif?
“Gamau, aku udah gamau ikut ikutan jurusan,”
"Hidup aku sekarang dikampus ya cuman belajar, memenuhi kewajiban aku, dan lapangan ketika aku gabisa lari ke kamu,"
Oh, my man is back, eventually.
Mungkin itu adalah salah satu langkahnya untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. Yah, aku sih bagaimana juga bebas.
Aku sudah tidak tahu bagaimana kabar perempuan itu, mungkin sudah pingsan, lari ke ketiak ibunya atau mungkin menenggelamkan diri. Haha sebenarnya aku sangat tidak peduli. Tetapi, suatu ketika ada yang mengusikku.
“Kar, coba lo liat twitter deh,”
“Ada apa?”
“Buka username @********,”
Itu nama perempuan itu. Temanku yang sangat intel, yang belum lama ini kuceritakan perihal ada apa denganku dan Rio, secara sengaja memberikanku umpan.
“Liat aja sendiri,”
Aku membuka twitter, mencari username itu, dan puluhan ribu tweets sudah memasrahkan dirinya untuk dibaca khalayak seperti aku. Aku coba scroll, scroll, scroll. Reaksiku pertama kali adalah…
Tertawa. Sungguh. Aku tertawa terbahak-bahak.
Perempuan itu, luar biasa niat sekali ya, setiap hari ia membicarakan pacarku. Iya, pacarku. Like every single day, kadang-kadang juga ia membicarakanku. Omg, seriously?!! Setiap hari ia menarik perhatian semua orang dengan tweets galaunya, atau retweet-an galaunya, sampai membuat challenge segala. She really loves my man, isn’t she? Gokilll.
Ya, aku juga tidak memungkiri bahwa aku juga norak karena bercerita disini, di jurnal pribadiku, setelah sekian lama tidak bercerita. Tapi, aku tahu bahwa yang melihat blog-ku ini tidak banyak, haha. Dan tujuanku bukan untuk mengemis perhatian, bukan, aku tahu kemampuan menulisku masih jauh dibawah rata-rata, tapi yang penting isinya sampai. Aku menulis untuk kukenang sendiri, lebih dari itu, syukur-syukur kalau sasarannya sampai membaca, haha. Masalah tulisanku ini disukai atau tidak, masa bodoh, memangnya ini Wattpad?
Tapi ini menarik, benar-benar menarik. Melihatnya terjatuh seakan menjadi kesenangan tersendiri untukku. Whoops, sorry not sorry, tapi sudah seharusnya aku bersikap egois, ya kan? Aku sama sekali tidak mengasihaninya, demi Tuhan. Baru kali ini aku merasa aku jahat, bahwa aku dapat tertawa diatas penderitaan orang lain. Terserah mau karma atau yang bagaimana nanti menimpaku, yang jelas saat ini aku senang. Somehow, menjadi hiburan tersendiri untukku.
Ya, aku juga tidak memungkiri bahwa aku juga norak karena bercerita disini, di jurnal pribadiku, setelah sekian lama tidak bercerita. Tapi, aku tahu bahwa yang melihat blog-ku ini tidak banyak, haha. Dan tujuanku bukan untuk mengemis perhatian, bukan, aku tahu kemampuan menulisku masih jauh dibawah rata-rata, tapi yang penting isinya sampai. Aku menulis untuk kukenang sendiri, lebih dari itu, syukur-syukur kalau sasarannya sampai membaca, haha. Masalah tulisanku ini disukai atau tidak, masa bodoh, memangnya ini Wattpad?
Tapi ini menarik, benar-benar menarik. Melihatnya terjatuh seakan menjadi kesenangan tersendiri untukku. Whoops, sorry not sorry, tapi sudah seharusnya aku bersikap egois, ya kan? Aku sama sekali tidak mengasihaninya, demi Tuhan. Baru kali ini aku merasa aku jahat, bahwa aku dapat tertawa diatas penderitaan orang lain. Terserah mau karma atau yang bagaimana nanti menimpaku, yang jelas saat ini aku senang. Somehow, menjadi hiburan tersendiri untukku.
Namun, makin hari, perempuan itu makin liar dan makin arogan. Ia membeberkan satu demi satu sudah melakukan apa saja dengan pacarku. Seakan belum puas menarik perhatian seluruh rakyat twitter. She said they’ve been hugging, kissing, sudah dibonceng, diantar ke stasiun Gambir, hujan-hujanan, makan pizza, makan bubur, cari daun pisang, you name it. Dan sejujurnya, aku sangat tidak peduli. Sangat sangat tidak peduli. Justru pemikiranku datang dari sisi yang berseberangan.
Apa artinya pacarku untuk dia sih, sebenarnya? Sampai dia rela menjatuhkan harga diri sejatuh-jatuhnya didalam tweet-tweet bodohnya? Memberi tahu pada dunia bahwa ia adalah manusia paling rapuh, perempuan paling lemah di dunia hanya karena ditinggal oleh seorang laki-laki yang not-even-asking-will-you-be-my-girlfriend to her ? Bagaimana cara kerja otaknya ketika ia mengizinkan seorang lelaki untuk memeluknya, menciumnya, yang bahkan lelaki itu tidak sanggup memproklamirkan bahwa ia milik lelaki itu. How can she? How can? Aku sih tidak akan mau. Walaupun dia adalah Andrew Garfield, atau Genrifiadi Pamungkas sekalipun. Aku benar-benar tidak habis pikir. Mungkin pikirnya, teman-temannya akan mengasihaninya dan membelanya. Well, friends of mine think that, perempuan itu benar-benar sangat rendah. Jatuh cinta benar-benar membuatnya kehilangan logika. Ia belum dewasa.
Tidak perlu kuceritakan panjang-panjang, nanti kupingnya panas. Aku sih, bilang ke Rio bahwa masih ada seseorang yang sebegitu mengharapkannya, sebegitu cinta matinya, dibanding aku yang seakan tidak peduli ke Rio dengan menghabiskan berjam-jam dikantor demi masa depan. Hahaha. Kemudian dia bilang,
“Kamu ngapain sih liat yang engga-engga, biarinin aja,”
Well, ia tampak sebal. Yasudah, masa bodoh. Saat ini tugasku hanya berbahagia, dan membahagiakan. Masalah ada yang tidak suka, itu urusan mereka. Toh, Rio sepertinya tidak akan menggubrisnya.
Oh, iya. Ini beberapa potongan chatku dengan teman-teman pasca aku bercerita ke mereka perihal gelagat lucu si perempuan itu. Dan ini kata mereka. Kalau sebal ya terserah, namanya teman pasti mendukung temannya, bukan? Peace out.
0 comments:
Post a Comment